Crítica de los usuarios - Marcar como inapropiadoThe book was given to me as a reading assignment by my rabbi. To be honest, as I started reading it, I thought, "Oh brother, this is gonna be a really dry book." That was until I came across a quote the author made about Jezebel, wife of King Ahab, where he referred to her as an "arch bitch". I appreciate good humour and the author's use of it kept my attention. I enjoy how the author uses various approaches to history in explaining the Jewish history. The extensive bibliography in the back of the book is a plus!
Crítica de los usuarios - Marcar como inapropiadoI was totally disappointed in this book . Could be because I was reading Gibbons also . This book is written as an appeasement to the Jewish community and the author has lost total balance of the real account of the history . Its his personal impression of what happened . Oh everyone only hated Jews when they got declassed ??? And for trade , medicine they would relent and ask the Jews back in . That is as stupid a logic as humanly possible . Yes Jews were wronged but not based on this declassing theory he has proposed .
And my suspicions about this guy concocting facts was confirmed when he says the references are too extensive to enumerate , you can consider 20 years of reading as a reference ????? I was like what ????? Its painful to know that this book sold so many copies . I wonder if people actually read it .
Crítica de los usuarios - Marcar como inapropiadoExcellent book. Informative and thoughtful, with simple but amazing stories and written with a modern historian's intelligence. It told me more about the history of the people and as one interested in history (esp. military)...by the time it reaches the Roman invasion and subjugation Dimont's casual realism is mindblowing.
Recommended.
Crítica de los usuarios - Marcar como inapropiadoSatu buku yang cukup kontroversial yang ditulis oleh Max I. Dimont, seorang Yahudi Amerika kelahiran Finlandia, buku dengan judul asli “The Jews, God, and History” yang pertama kali diterbitkan tahun 1970-an. Buku tentang Sejarah Yahudi secara lengkap tapi dari sudut pandang yang berbeda, jika selama ini Di Indonesia kita banyak membaca buku tentang Yahudi dari sudut pandang Muslim, maka baru kali ini kita lihat dari sudut pandang Yahudi sendiri. Satu hal lagi tambah menarik karena sebuah catatan kecil dari penerbitnya, Masaseni, Okt 2002, di lembar awal buku ini: UNTUK KALANGAN TERBATAS, PARA PEMERHATI MAKNA DARI DIALEKTIKA SEJARAH.
Penulisnya sendiri menyatakan demikian: Ini adalah catatanku. Sebuah tinjauan yang padat perihal enam peradaban sepanjang masa 4000 tahun yang telah membuai bangsa Yahudi dan mengamati beberapa faktor perlawanan dalam salah satu perjuangan hidup yang sangat tidak masuk akal di dalam sejarah. Yakni, tentang sebuah bangsa yang telah memproklamirkan diri sebagai Bangsa Pilihan Tuhan dan dunia nyaris mempercayainya.
Di awali dari kisah sejarah Abraham mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Bagi kita pembaca muslim, tentu ini akan mengingatkan kita pada kisah kenabian Nabi Ibrahim. Pada masa eksistensi Yahudi sepanjang 800 tahun pertama, Yahudi telah berserakan pada peradaban-peradaban besar yang mengelilingi mereka. Yahudi tidak memiliki bangunan-bangunan, kota-kota, tentara-tentara–dalam kenyataannya mereka tak pula memiliki persenjataan. Yang Yahudi bawa adalah IDE-IDE mereka yang pada akhirnya menakhlukkan dunia tanpa menjadikan diri mereka sebagai tuan-tuannya.
Buku ini menyatakan bahwa dari sekitar 3 milyar penduduk dunia ketika itu, 12 juta di antaranya–kurang dari setengah persen–adalah bangsa Yahudi. Secara statistik, mereka sebenarnya hampir tidak teramati, Tetapi bangsa Yahudi justru betul-betul dikenal di luar proporsi dengan jumlah mereka yang kecil. Tidak kurang dari 12% dari semua hadiah Nobel di dalam bidang fisika, kimia, dan kedokteran telah jatuh ke tangan orang-orang Yahudi. Kontribusi Yahudi pada daftar nama-nama besar dunia di bidang agama, sains, sastra, musik, keuangan, dan filsafat, memang cukup mengherankan.
Di tahun 2006 ini sendiri, di antara penduduk dunia yang mencapai 6.5 milyar, hanya 13 jutanya saja yang keturunan Yahudi. Namun, jumlah yang ’sedikit’ itu telah menjadi momok MENYEBALKAN dan layak DIKUTUKI atas segala huru-hara dunia saat ini.
Sepanjang buku ini, kita akan membaca bagaimana bangsa Yahudi bergeser dari satu pusat peradaban ke pusat peradaban lain, salah satunya adalah peradaban Islam di masa kejayaannya; ‘mencuri’ spirit-spirit pencerahan dan keilmuannya, lalu merekayasanya menjadi sebuah arah baru yang menguntungkan diri mereka sendiri saja.
Sekulerisme yang mereka gaungkan untuk menjauhkan umat Kristen dari agamanya sendiri selanjutnya memicu lahirnya Protestanisme, Revolusi Perancis, dan Revolusi Inggris.
Bangsa Yahudi selalu menemukan cara licik untuk menjadi kaya dan unggul dalam segala bidang. Konsep bank sentral, uang kertas, kapitalisme, komunisme, bahkan memperdagangkan kembali barang-barang bekas adalah cuatan ide Yahudi untuk membangun kekuatan ekonomi yang menggurita seperti yang kita dapati saat ini.
Perang Dunia I sejatinya nyaris membunuh gerakan Zionisme. Inggris mengharapkan agar Turki memasuki gelanggang perang di pihak Sekutu. Tetapi kekaisaran Ottoman malah berpihak kepada Jerman, pertanda bencana bagi Inggris maupun kaum Yahudi. Namun ternyata PD I ini melahirkan apa yang dikenal dengan Deklarasi Balfour yang tak lain adalah ungkapan terima kasih pemerintah Inggris kepada bangsa Yahudi untuk peranan yang mereka mainkan. Seorang kimiawan brillian Inggris, Chaim Weizman, menemukan sebuah cara memproduksi kordit sintetis, suatu bahan peledak bagi upaya perang Inggris, yang sebelumnya dibuat dari aseton, bahan kimia yang diimpor dari Jerman sebelum perang.
Tahun 1917, Weizman mendekati pemerintah Inggris dan mengajukan permohonan agar pemerintah Inggris menjadikan sebuah protektorat bagi Rumah Nasional Yahudi